Mahasiswa
selama ini selalu dianggap sebagai agen perubahan, social control, dan hal-hal
yang dianggap sebagai pelopor sebuah pergerakan yang dianggap membawa bencana
bagi para birokrasi yang tumbuh di lahan system yang bobrok, sekaligus membawa
angin segar bagi para masyarakat.
Tapi disela-sela kesibukannya itu, ada teman-teman mahasiswa yang masih
menyempatkan diri untuk melakukan kegiatan sampingan yang tidak kalah mulianya.
Berdagang misalnya, mahasiswa masuk dan mengikuti proses perkuliahan dihari
senin sampai dengan jumat, selanjutnya mahasiswa mengisi hari minggu dan sabtu
untuk mengikuti kegiatan extra kurikuler,tapi ada beberapa teman mahasiswa yang
memilih untuk mencari tambahan penghasilan dengan berdagang.
Salah satu pilihan
kerja yang sering diguliti teman mahasiswa yaitu berjualan nasi goreng di
daerah whorkshop, penjualan ini berlansung pada malam hari, jadi tidak terlalu
mengganggu kegiatan perkuliahan mahasiswa.
Misalnya saja Khairullah, salah satu mahasiswa universitas 45 yang yang lebih
memilih berjualan nasi goreng untuk mengisi hari liburnya dibanding dengan
nongkrong di kampus. Mahasiswa yang sering di sapa Ula ini menuturkan bahwa
‘’kerja seperti ini tidak terlalu mengganggu kuliah saya, justru membuat saya
lebih rajin dan smangat untuk kuliah ,karena uang yang saya dapat dari hasil
keringat saya sendiri dan saya lebih menghargai itu.’’
Kebutuhan hidup
yang semakin bertambah dan harga yang semakin menjulang membuat para mahasiswa
semakin kewalahan untuk mengtaktisi uang kiriman dari orang tua, apalagi para
perantau yang jauh dari orang tuanya. Ula (2/4/2011) mengatakan bahwa, kerja
sampingan seperti ini memang tidak sampai menutupi semua kebutuhan yang
diinginkannya di bangku perkuliahan, tapi bisa meminimalisir pengeluaran yang
tida terlalau mendesak.
Ketika ditanyai soal beasiswa, Ula sambil menarik napas dalam-dalam mengatakan
bahwa, ‘’saya lebih senang kerja seperti ini ketimbang mencari info beasiswa,
itu bukan karena saya tidak suka beasiswa tapi yang saya tidak suka adalah cara
pelayananya yang selelu membuat pusing mahasiswa.”tuturnya. Saya pernah
mengurus beasiswa tapi sampai sekarang beasaiwa itu belum juga keluar. Ketika
saya konfirmasi di bagian akademik mereka hanya mengatakan masih dalam proses
pencairan tapi sampai sekarang tidak pernah ada berita tentang itu, hal-hal
seperti inilah yang membuat saya malas untuk mengurus tentang beasiswa.
Pelayanan tentang beasiswa yang seharusnya menjadi sumber tambahan bagi
mahasiswa kini dijadikan lahan untuk pemanenan hasil korupsi oleh birokrasi,
hal ini disebabkan oleh kurangnya pengawasan dari kantor pusat, hingga akhirnya
berujung pada mahasiswa yang kurang mampu untuk membiayai kuliah yang menjadi
korban, kendatipun tidak semestinya beasiswa dijadikan salah satu sumber
pendapatan untuk membiayai kuliah.
Ula mengatakan hal ini senang dia lakukan karena sebagian besar yang menikmati
masakannya adalah mahasiswa unha, Dara kelahiran Bulukumba, 30 april 1991 ini
mengtakan bahwa, di samping mencari penghasilan kegitan ini menbuatnya
mendapatkan banyak teman dari unhas yang selalu menjadi langganannya.meskipun
dia bekerja statusnya hanya membantu, Ula mengaku bahwa, dia mendapatkan upah
sebantak 25.000 rupiah dengan kerja semalaman.
Ketika ditanyai mengenai jam masuk kerja, dia mengatakan bahwa,’’masuk kerja
dari jam stengah lima dan pulang bergantung kapan persediaan bahan sudah habis,
biasa pulang cepat sekitar jam satu malam, tapi tidak jarang juga saya pulang
jam lima pagi, dan itu terkadang biasa membuatku tidak sempat masuk kuliah,
tapi hal itu saya kondisikan sedemikian rupa, kalau saya pikir kulianya besok
tidak terlalu mendesak biasa saya paksakan untuk berjualan sampai pagi, tapi
jika saya pikir kuliahnya sangat penting saya biasa lebih memilih untuk pulang
dan tidur lebih awal.’’
Mahasiswa yang
kuliah di bagian hubunga internasional ini, mengataka sejauh ini kegiatan
seperti itu tidak mengganggu proses belajarnya, terbukti dengan perolehan IP
yang ia dapatkan tidak kalah jika di banding dengan teman-teman sekelasnya,
sambil tersenyum dia menambahkan seperti itu.
Mahasiswa yang melakukan kegiatan seperti ini patut diberi apresiasi sebagai
mahasiswa yang gigih, hal seperti ini sangat perlu dikembangkan oleh para
mahasiswa agar lebih mengghargai apa-apa yang telah diperolehnya, itu juga akan
membuat mahasiswa teransang untuk terus bekerja keras dalam menuntut ilmu di
bangku perkuliahan. Hal ini akan lebih mudah untuk mengubah mindset para
mahsiswa yang selelu menghambur-hamburkan uang di MALL, dan tempat-tempat
hiburan yang lainnya, kegiatan seperti ini kemudia membuat para mahasiswa
apatis dengan semua keputusan birokrasi yanga sebenarnya jika dikaji sangat
merugikan para mahasiswa.
Mahasiswa semester
dua di kampus 45 ini, berharap akan ada program pemerintah yang lebih yang
lebih berpihak terhadap mahasiswa seperti kami, dan juga di dukung dengan
system pengawasan yang lebih ketat sehingga program dapat mencapai sasara yang
tepat.
Mengenai system yang berjalan sekarang Ula mengatakan bahwa sangat tidak
objektif, dia mengataka bahwa, orang-orang yang mendapatkan beasiswa adalah
hanya orang orang yang dikenal dekat dengan para birokrasi. Sedangakan
orang-orang hanya mengurus kosong tampa ada yang dikenal di dalam, dipersulit
dengan beribu-ribu alasa yang tidak jelas, “karena itu saya lebih memilh untuk
menjalani kegiatan seperti ini.” Ungkap Ulla.
Hasil
tulisan TOT UKPM Unhas (MERAH)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar