Selasa, 03 Mei 2011

Beasiswa Hanya untuk Segelintir Orang Tertentu



Mahasiswa selama ini selalu dianggap sebagai agen perubahan, social control, dan hal-hal yang dianggap sebagai pelopor sebuah pergerakan yang dianggap membawa bencana bagi para birokrasi yang tumbuh di lahan system yang bobrok, sekaligus membawa angin segar bagi para masyarakat.
    Tapi disela-sela kesibukannya itu, ada teman-teman mahasiswa yang masih menyempatkan diri untuk melakukan kegiatan sampingan yang tidak kalah mulianya. Berdagang misalnya, mahasiswa masuk dan mengikuti proses perkuliahan dihari senin sampai dengan jumat, selanjutnya mahasiswa mengisi hari minggu dan sabtu untuk mengikuti kegiatan extra kurikuler,tapi ada beberapa teman mahasiswa yang memilih untuk mencari tambahan penghasilan dengan berdagang.
Salah satu pilihan kerja yang sering diguliti teman mahasiswa yaitu berjualan nasi goreng di daerah whorkshop, penjualan ini berlansung pada malam hari, jadi tidak terlalu mengganggu kegiatan perkuliahan mahasiswa.
     Misalnya saja Khairullah, salah satu mahasiswa universitas 45 yang yang lebih memilih berjualan nasi goreng untuk mengisi hari liburnya dibanding dengan nongkrong di kampus. Mahasiswa yang sering di sapa Ula ini menuturkan bahwa ‘’kerja seperti ini tidak terlalu mengganggu kuliah saya, justru membuat saya lebih rajin dan smangat untuk kuliah ,karena uang yang saya dapat dari hasil keringat saya sendiri dan saya lebih menghargai itu.’’
Kebutuhan hidup yang semakin bertambah dan harga yang semakin menjulang membuat para mahasiswa semakin kewalahan untuk mengtaktisi uang kiriman dari orang tua, apalagi para perantau yang jauh dari orang tuanya. Ula (2/4/2011) mengatakan bahwa, kerja sampingan seperti ini memang tidak sampai menutupi semua kebutuhan yang diinginkannya di bangku perkuliahan, tapi bisa meminimalisir pengeluaran yang tida terlalau mendesak.
     Ketika ditanyai soal beasiswa, Ula sambil menarik napas dalam-dalam mengatakan bahwa, ‘’saya lebih senang kerja seperti ini ketimbang mencari info beasiswa, itu bukan karena saya tidak suka beasiswa tapi yang saya tidak suka adalah cara pelayananya yang selelu membuat pusing mahasiswa.”tuturnya. Saya pernah mengurus beasiswa tapi sampai sekarang beasaiwa itu belum juga keluar. Ketika saya konfirmasi di bagian akademik mereka hanya mengatakan masih dalam proses pencairan tapi sampai sekarang tidak pernah ada berita tentang itu, hal-hal seperti inilah yang membuat saya malas untuk mengurus tentang beasiswa.
     Pelayanan tentang beasiswa yang seharusnya menjadi sumber tambahan bagi mahasiswa kini dijadikan lahan untuk pemanenan hasil korupsi oleh birokrasi, hal ini disebabkan oleh kurangnya pengawasan dari kantor pusat, hingga akhirnya berujung pada mahasiswa yang kurang mampu untuk membiayai kuliah yang menjadi korban, kendatipun tidak semestinya beasiswa dijadikan salah satu sumber pendapatan untuk membiayai kuliah.
     Ula mengatakan hal ini senang dia lakukan karena sebagian besar yang menikmati masakannya adalah mahasiswa unha, Dara kelahiran Bulukumba, 30 april 1991 ini mengtakan bahwa, di samping mencari penghasilan kegitan ini menbuatnya mendapatkan banyak teman dari unhas yang selalu menjadi langganannya.meskipun dia bekerja statusnya hanya membantu, Ula mengaku bahwa, dia mendapatkan upah sebantak 25.000 rupiah dengan kerja semalaman.
     Ketika ditanyai mengenai jam masuk kerja, dia mengatakan bahwa,’’masuk kerja dari jam stengah lima dan pulang bergantung kapan persediaan bahan sudah habis, biasa pulang cepat sekitar jam satu malam, tapi tidak jarang juga saya pulang jam lima pagi, dan itu terkadang biasa membuatku tidak sempat masuk kuliah, tapi hal itu saya kondisikan sedemikian rupa, kalau saya pikir kulianya besok tidak terlalu mendesak biasa saya paksakan untuk berjualan sampai pagi, tapi jika saya pikir kuliahnya sangat penting saya biasa lebih memilih untuk pulang dan tidur lebih awal.’’
Mahasiswa yang kuliah di bagian hubunga internasional ini, mengataka sejauh ini kegiatan seperti itu tidak mengganggu proses belajarnya, terbukti dengan perolehan IP yang ia dapatkan tidak kalah jika di banding dengan teman-teman sekelasnya, sambil tersenyum dia menambahkan seperti itu.
     Mahasiswa yang melakukan kegiatan seperti ini patut diberi apresiasi sebagai mahasiswa yang gigih, hal seperti ini sangat perlu dikembangkan oleh para mahasiswa agar lebih mengghargai apa-apa yang telah diperolehnya, itu juga akan membuat mahasiswa teransang untuk terus bekerja keras dalam menuntut ilmu di bangku perkuliahan. Hal ini akan lebih mudah untuk mengubah mindset para mahsiswa yang selelu menghambur-hamburkan uang di MALL, dan tempat-tempat hiburan yang lainnya, kegiatan seperti ini kemudia membuat para mahasiswa apatis dengan semua keputusan birokrasi yanga sebenarnya jika dikaji sangat merugikan para mahasiswa.
Mahasiswa semester dua di kampus 45 ini, berharap akan ada program pemerintah yang lebih yang lebih berpihak terhadap mahasiswa seperti kami, dan juga di dukung dengan system pengawasan yang lebih ketat sehingga program dapat mencapai sasara yang tepat.
     Mengenai system yang berjalan sekarang Ula mengatakan bahwa sangat tidak objektif, dia mengataka bahwa, orang-orang yang mendapatkan beasiswa adalah hanya orang orang yang dikenal dekat dengan para birokrasi. Sedangakan orang-orang hanya mengurus kosong tampa ada yang dikenal di dalam, dipersulit dengan beribu-ribu alasa yang tidak jelas, “karena itu saya lebih memilh untuk menjalani kegiatan seperti ini.” Ungkap Ulla.

 Hasil tulisan TOT UKPM Unhas (MERAH)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar